Perantau Minang Gelar Aksi Kemanusiaan dan Malam Seribu Doa di TMII
JAKARTA — Melayutoday.com ,- Ketika alam di Ranah Minang bergeletar dan rumah-rumah tumbang oleh banjir serta longsor, jeritan duka dari kampung halaman sampai juga ke Jakarta. Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, ada rindu yang terbelah, ada hati yang tak bisa duduk tenang. Dari sanalah kepedulian itu tumbuh—menjadi gelombang solidaritas yang tak bisa dibendung.
Dalam semangat itu, Perantau Peduli Bencana Ranah Minang bersama Rumah Seniman Minang akan menggelar Aksi Kemanusiaan dan Malam Seribu Doa untuk Ranah Minang pada Rabu, 10 Desember 2025, di Anjungan Sumatera Barat TMII, mulai pukul 19.00 WIB. Sebuah malam ketika doa, air mata, dan harapan dipertemukan dalam satu panggung yang sama.
Bencana yang melanda Sumatera Barat bukanlah luka kecil. Ada anak-anak yang kehilangan orang tua, ada ibu-ibu yang berdiri di atas puing rumah yang tinggal kenangan, ada para ayah yang kini tak tahu harus memulai dari mana. Banyak dari mereka masih menunggu kabar keluarga yang hilang. Dan dalam luka sebesar itu, para perantau Minang tidak sanggup berpangku tangan.
Ketua Umum Rumah Seniman Minang, Mel Sofyan, menyampaikan dengan suara yang bergetar:
“Tanah kelahiran kita sedang menangis. Dan ketika ranah itu merintih, kita wajib berdiri. Jarak boleh memisahkan tubuh, tetapi tidak hati. Pagelaran ini adalah cara kita menyalakan kembali harapan bagi saudara-saudara kita yang sedang berjuang.”

Malam Seribu Doa akan menghadirkan pertunjukan budaya dari berbagai daerah: Seniman Minang, Sanggar Limpapeh, Sanggar Citra Art Studio, Nayak Papua, Thalia Koto, dan seniman lintas budaya lain. Di panggung itu, bukan sekadar tarian atau nyanyian yang ditampilkan—tetapi pesan bahwa kemanusiaan jauh melampaui identitas dan batas wilayah.
Acara ini terbuka untuk umum, untuk setiap hati yang masih punya ruang bagi kepedulian. Panitia mengajak seluruh masyarakat—perantau Minang, warga Jakarta, sahabat Nusantara—untuk hadir dan menyalakan setitik cahaya bagi mereka yang kini hidup dalam gelap. Setiap rupiah bantuan, setiap kehadiran, setiap lirih doa akan menjadi nafas baru bagi ribuan korban bencana.
Seluruh donasi yang terkumpul akan disalurkan secara langsung dan transparan oleh Panitia Peduli Bencana Ranah Minang kepada para korban terdampak yang benar-benar membutuhkan.
Rumah Seniman Minang telah berkali-kali berdiri di garis depan kemanusiaan—dari Wamena hingga Cianjur, dari galodo sebelumnya hingga bencana kali ini. Dan kini, panggilan itu datang lagi, lebih keras dari sebelumnya.
Menutup pernyataannya, Mel Sofyan memberi ajakan yang menembus batin:
“Jika ranah kita meminta tolong, jangan biarkan ia berteriak sendirian. Datanglah. Ulurkan tangan. Jadilah bagian dari cahaya yang menghapus gelap. Karena di balik setiap bantuan, ada doa. Dan di balik setiap doa, ada harapan yang sedang kita hidupkan bersama.” ( redaksi)