JAKARTA –Melayutoday.com, – CEO PT Inotech Jagamaya, Tri Febrianto, yang akrab disapa Febri, menegaskan pentingnya membangun kedaulatan data nasional melalui penguatan sumber daya manusia (SDM) dan penerapan sistem keamanan yang terintegrasi sejak tahap desain.
Hal tersebut disampaikan dalam wawancara bersama awak media usai dirinya menjadi pembicara pada Forum Group Discussion (FGD)) bertema Building National Data Sovereignty Through Cloud and Central Cloud Architecture, di ajang Indonesia International Data Center & Cloud (DCC) Summit & Expo 2025, yang berlangsung 28–30 Oktober di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Febri menyoroti bahwa tantangan terbesar dalam kedaulatan data nasional bukan semata pada infrastruktur teknologi, melainkan pada kualitas SDM dan pemahaman terhadap keamanan siber.
“Kalau kita bicara soal cloud, ancamannya bisa datang dari mana saja. Tapi yang lebih penting adalah kesiapan orang-orangnya. Kapabilitas dan kesadaran SDM kita terhadap keamanan siber masih harus terus dikejar,” ujarnya.
Menurut Febri, banyak lembaga atau institusi di Indonesia yang sudah memiliki sistem data besar namun belum sepenuhnya menerapkan konsep security by design, yaitu pendekatan keamanan yang dirancang sejak awal dalam membangun sistem.
“Selama ini yang terjadi, keamanan baru dipikirkan setelah sistem berjalan. Padahal seharusnya, desain sistem sejak awal sudah harus mempertimbangkan aspek resiko dan keamanan data. Itu yang masih sering terlewat,” katanya.
Ia menegaskan bahwa dalam dunia siber tidak ada sistem yang benar-benar aman seratus persen. Yang bisa dilakukan, kata Febri, adalah menekan risiko dengan mengikuti standar dan regulasi yang ketat. “Tidak ada yang benar-benar aman di dunia siber. Yang ada adalah bagaimana kita menekan risiko dengan mengikuti standardisasi yang berlaku, baik dari sisi teknis maupun tata kelola informasi,” jelasnya.
Lebih jauh, Febri menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam pengelolaan pusat data nasional ( PDN) adalah integrasi antara kebijakan, infrastruktur, dan kompetensi SDM. Ia mencontohkan bahwa meski server dan sistem sudah modern, tanpa operator dan pengelola yang kompeten, potensi risiko tetap tinggi. “Pusat data nasional bukan jaminan mutlak keamanan. Karena ujungnya tetap di SDM, apakah mereka paham konsep keamanan itu sendiri,” tambahnya.
Melihat kondisi tersebut, PT Inotech Jagamaya kini berfokus pada pembangunan kapasitas SDM melalui program pendidikan dan pelatihan siber sejak dini, termasuk dengan menggandeng sekolah menengah kejuruan (SMK) di berbagai daerah. “Kami membuat kurikulum khusus untuk siswa SMK. Banyak anak-anak muda yang punya potensi besar tapi belum tersalurkan. Kami ingin mereka diarahkan agar keahliannya dimanfaatkan untuk hal positif dan mendukung kedaulatan data nasional,” tutur Febri.
Program tersebut juga melibatkan unsur pertahanan negara dalam semangat pentahelix yang salah satunya adalah sinergi antara pemerintah, industri, dan pendidikan. Tujuannya adalah mencetak talenta-talenta digital yang memiliki semangat bela negara di bidang keamanan siber. “Kami tidak hanya membangun sistem, tapi juga komunitas kecil yang melibatkan unsur pertahanan. Karena dalam konteks kedaulatan data, pertahanan siber juga bagian dari pertahanan nasional,” jelasnya.
Febri berharap kegiatan seperti DCC Summit & Expo dapat menjadi momentum bagi seluruh pelaku industri teknologi, akademisi, dan pemerintah untuk memperkuat kolaborasi membangun kedaulatan data Indonesia. “Kedaulatan data bukan hanya soal teknologi, tapi soal kemampuan bangsa mengelola dan melindungi datanya sendiri. Itu hanya bisa dicapai jika SDM-nya kuat dan infrastrukturnya berdaulat,” pungkasnya. ( Harun).