
Pak Harto Is The Best Presiden Indonesia
Jakarta, Melayutoday.com – Presiden kedua ( Alm.) Haji Muhammad Soeharto masih sedang diusulkan untuk meraih gelar Pahlawan Nasional. Memang masih ada pro kontra tapi jika kita mengenang dedikasi dan perjuangan yang telah dilakukan olehnya rasanya sudah layak dan pantas karena jasa- jasa dan kelebihannya lebih besar ketimbang kekurangannya. Mungkin dengan pertimbangan inilah Institute Jenderal Besar Soeharto dideklarasikan pada Rabu ( 1/10/2025) di Gedung Juang 45 kawasan Menteng Jakarta Pusat.
Menurut rilis panitia bahwa Bahwa presiden Soeharto dengan political will-nya telah mengabadikan nama presiden Sukarno sebagai nama bandara setelah 18 tahun masa kepemimpinannya berakhir. Namun nama Presiden Soeharto setelah 27 tahun masa kepemimpinannya berakhir, tidak satupun Presiden di era pasca reformasi yang memiliki political will; untuk mengabadikan nama Presiden Soeharto dilekatkan sebagai nama institusi, gedung, tempat, jalan atau kegiatan dan lain lainnya.
“Padahal Presiden Soeharo adalah Presiden Republik Indonesia yang terlibat langsung dalam revolusi fisik dan merupakan tokoh utama dalam percepatan pembangunan ekonomi, teknologi dan industri serta politik internasional. Oleh karena itu di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, negara Indonesia pada akhir dekade 1980-an hingga awal dekade 1990-an memperoleh predikat sebagai Macan Asia Baru (New Asian Tiger) sejajar dengan negara Korea Selatan, Hongkong, Talwan dan Singapura,” tegas rilis yang tertulis saat deklarasi.
Para deklarator menyatakan pasca berakhirnya kepemimpinan Presiden Soeharto maka predikat negara Indonesia sebagai Macan Asia Baru menjadi sirna, seiring masuknya ideologi liberalisme dan komunisme yang dikemas oleh kekuatan global melalui investasi dan kebudayaan serta teknologi.
“Pancasila hanya dijadikan jargon oleh penyelenggara negara karena sejatinya kebijakan negara justru mengabaikan prinsip-prinsip dan nilai- nilai yang ada di dalam Pancasila,” katanya.
Bahwa untuk kepentingan generasi masa kini dan mendatang diperlukan ruang kajian akademis yang independen dan terbuka yang terkait rekam jejak sejarah peran Soeharto dalam menjaga ideologi Pancasila dari Ideologi liberalisme dan komunisme.
“Untuk maksud tersebut kami warga negara Indonesia yang terdiri dari berbagai latar belakang, suku, agama dan pilihan politik yang berbeda terpanggil untuk membentuk lembaga kajian yang fokus mempelajari berbagai gagasan Presiden Soeharto yang konstruktif terkait dengan persoalan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan,” pungkasnya.
Nama-nama deklarator Institute Jenderal Besar Soeharto :
1. Hartono
2. R. Ampi Nurkamal Tanudjiwa
3. Toni M. Aprami
4. M. Yazid Salman
5. Mariadi
6. A. Badaey Saluy
7. Kun Nurachadijat
8. Lukman Malanuang
9. Iskandar Abubakar
10. Taufik Rudolf Sigar
11. Wawan Ridwan
12. Hardi Ahmad
13. Muhammad Nur
14. Shiddiq Waluyo WR.
15. Dedi Hermanto
15. Hanansyah. (M. Harun).
