
PPP Kedepan Bukan Mardiono atau Agus Suparmanto, Siapa?
Oleh: M. Harun*)
Hari ini ada Konferensi Pers bertajuk : Poros Tengah adalah Penentu Eksponen 4 Fusi 1973 (NU, PARMUSI, Syarikat Islam, Perti) pendiri PPP, menanggapi kekisruhan Muktamar X PPP.
Lebih menarik lagi konferensi pers tersebut akan dihadiri oleh calon Ketua Umum (Caketum) PPP yang tak terpengaruh oleh kedua Figur yang sudah mengklaim menang dan sudah mengaku Ketua Umum PPP 2025- 2030, Dia adalah Prof. Dr. KH. Husnan Bey Fananie.
Sejarah PPP adalah tak bisa lepas dari keberadaan partai Islam. Maka stake holder PPP sejatinya adalah ada di empat fusi partai Islam yang hingga kini masih sangat relevan menjadi pemegang saham yang sah. Sehingga suara mereka tak boleh dikesampingkan ketika PPP membutuhkan asupan energi untuk menguatkan otot perjuangan menghadapi 2029. PPP membutuhkan energi persatuan di internal elit meski namanya sudah mentereng menggunakan nama Partai Persatuan dengan simbol Ka’ bah.
Nama dan simbol PPP yang sudah keren itu tidak boleh dinodai oleh oknum-oknum yang tidak mempedulikan persatuan. Persatuan artinya tidak memanfaatkan partai hanya untuk kepentingan sesaat, kepentingan kubu tertentu atau kepentingan kekuasaan semata. Makna persatuan adalah menghilangkan perseteruan di internal partai. Dinamika dalam setiap kompetisi didalam partai suatu keniscayaan. Itu berarti dinamika sebuah partai berjalan dinamis dan hidup. Akan tetapi tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang menabrak regulasi partai dan etika partai.
Kasus muktamar X yang menyisakan perpecahan antara kubu Muhammad Mardiono dan kubu Rohurmuzy (Romi) yang berujung saling mengklaim Ketua Umum terpilih antara
Agus Suparmanto dan Mardiono merupakan catatan kurang elok bagi perjalanan PPP Kedepan.
Oleh sebab itu, ishlah diantara dua kubu tersebut merupakan jalan ikhtiar yang memiliki kekuatan demi merajut benang kasut PPP yang selama ini terjadi. Upaya ishlah tersebut bisa dinamakan Poros Tengah. Inisiatif Poros Tengah yang digagas oleh Prof. KH. Husnan Bey Fanani ini bisa dijadikan jalan ishlah. Kita tentu berharap KH. Husnan Bey Fanani bisa menduduki posisi diantara Mardiono dan Agus Suparmanto.
Persoalannya, siapakah yang bisa ditunjuk untuk menghantarkan PPP untuk keluar dari krisis kepemimpinan pasca muktamar X? Atau perlukah diadakan muktamar ulang? Wallahu’ lam bis shawab.
*) Penulis: Ketua Umum Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia ( IJMI)
