Soal Gaya Pribadi Berbeda
Oleh Masud HMN*)
Pebedaan pandangan politik dilambangkan dengan gaya pribadi menjadi persoalan. Itulah
terjadi kini dengan gaya kepemimpinan Megawati Sukarno Putri, yang tidak luwes dan tidak suka
kompromi terhadap lawan politiknya. Sofyan Wanandi dari Centre for Strategic Internasional Studies (CSIS) menyatakan demikian.
”Ia tidak suka kompromi dan tidak luwes” ucapnya. Padahal politik itu banyak kompromi dan harus mengandung sikap pribadi yang luwes, katanya.
Dalam pandangan Sofyan Wanandi banyak kesempatan yang hilang karena sikap pribadi yang tak suka kompromistis itu. Ini merugikan secara politik yang selalu punya aneka kesepakatan banyak. Sebab bagi seorang politikus pelbagai hal mesti dicari jalan tengah sebagai jalan keluar.
Inilah sebab mengapa tidak berharap lagi pada Megawati Sukarno Putri. Ia menjadi penguasa di
Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) lantaran jabatannya sebagai Ketua Umum di partai
berlambang banteng moncong putih tersebut. ‘Harusnya ia mundur dari PDIP demi masa depan
partai itu sendiri”, kata Jusuf Wanandi mengutip sebuah Stasiun Telvisi swasta Jakarta.
Ini identik juga dengan pengalaman yang terjadi pada Penulis sendiri. Sikap tak mau kompromi
Ibu Megawati saat lintas agama mencoba melakukan agar kompromi atau berjabat tangan
dengan Susilo Bambang Yudhono (SBY) saat pelantikannya menjadi Presiden tahun 2004. Bu
Megawati tidak mau.
Kami dari kelompok lintas agama terdiri Kristen, Budha, Islam, dan Katolik gagal meyakinkan bu
Megawati Sukarnonya. Tetap menolak bersalam dengan SBY walaupun mau mengakui resmi
Presiden SBY.
“Biarlah saya sendirian “, katanya. Tetap menolak berjabat tangan dengan SBY. Kami menemui
di mana ia tinggal di Kebagusan di rumah pribadinya. Yang dialami ini bukan dengan kami saja. Ada yang lain juga. Ada banyak catatan bernada serupa. Ada kesakitan hati yang ia sendiri mengalami sebagai kata buku Titie Said dalam bukunya Hati Perempuan. Membedakan dengan laki-laki yang lebih obyektif dan rasioanal. Perempuan sensitif dan perasa.
Dengan uraian di atas, kita mencoba rumuskan sikap yang tak mau kompromi dan tidak luwes
itu yaitu: Pertama, sikap tidak luwes itu adalah bersifat pribadi. Egoisme yang dimiliki kebanyakan orang. Kedua, bawaan itu kurang pas untuk orang beraktivitas di bidang politik.
Dengan catatan tersebut, pada prospek Ibu Megawati amat menarik karena partai besar dan
mengalami banyak beda pendapat. Terutama dalam partainya sendiri. Ada pandangan yang tak
sama. Yang penting mari kita tela’ah mudharat dan manfaat dari sikap tersebut. Ternyata ada mudharat yang tak bisa kita lupakan. Disinilah kita belajar mengambil yang manfaat dan menyingkirkan yang mudharat. Manfaat terbesar Megawati dan PDIPnya tak mau brrkompro.i de gan lawan- lawan politiknya adalah menang pemilu berkali- kali, yang terakhir pada pemilu 2024. Sikap oposisi yang konsisten justru menuai simpati rakyat. Ini bukti bahwa manfaatnya lebih besar dari mudharatnya.
Jakarta, 23 Mei 2024.
Masud HMN adalah Dosen Univesitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.