Connect with us


Opini

Sikap Fatalistik dalam Politik

Sikap Fatalistis Dalam Politik


Oleh Masud HMN


Gelanggang politik yakni pro dan kontra pada satu partai politik selalu ramai dan menarik. Apa
lagi mereka yang punya bawaan aliran yang
menonjol pada aspek dimksud.Tidak mengapa sebab tujuannya baik. Bagi yang interes adalah jelas pada sikap politik sudah tentu politik adalah sesuatu yang mengasyikkan dan menarik.

Terutama dalam arena politik praktis yang berkecimpung adalah kekuasaan. Misalnya, dalam mendukung kekuaaan partai politik tertentu. Kita mengenal sikap politik kekuasaan ada tiga hal yakni :

Pertama, mendukung yang berkuasa. Hal yang
banyak dilakukan . Menjadi gabungan kekuasaan. Kedua, tidak mendukung atau beroposisi. Biasa
karenanya ide yang berlawanan. Berada diluar
pemerintahan.
Ketiga netral, mendukung namun tidak ikut pada yang berkuasa. Sikap ini beroposisi kalau tidak benar dan mendukung kalau pemerintahnya benar.

Inilah sikap2 politik yang lazim berlaku dalam politik praktis. Ketiga sikap tersebut ada hitungannya kalkulasinya. Kapan didukung kapan tidak didukung dan kapan netral. Kesemuanya itu ada untung ruginya.

Ada lagi yang diluar, namun dilakukan oleh orang dengan sikap politik fatalisiitik.Yaitu tidak
mendukung dan tidak beropoisisi. Tidak
bertangggung jawab.

Jika meminjam istilah yang dikatakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mukti bahwa sikap fatalistik itu tidak boleh dilakukan. Dimana kita Harus ada sikap, apakah mendukung, beroposisi,atau netral. Sedangkan Sikap fatalistik yang masa bodoh, kata Abdul Mukti adalah sikap tidak bertanggung jawab.

Dia mengungkapkan hal dimaksud dihadapan
anggota Muhammadiyah di Yogyakarta. Bagi
Abdul Mukti berbeda pilihan politik tidak masalah. Karena sikap politik asal tujuannnya
baik dan untuk kemajuan. Mukti secara panjang lebar mengungkapkan sikap politik yang masa bodoh bagi kalangan Muhammadiyah. Adanya cara yang masa bodoh alias tidak peduli adalah salah. Yang salah harus dihindari, demikian Abdul Mukti.

Jakarta 3 Mei 2024
Penulis, Dr. Masud HMN, Dosen Universitas
Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA)
Jakarta

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Opini