San H. S. Panjaitan: Kita Perlu Belajar dari Kecerdasan Pahlawan Revolusi DI Panjaitan

Jakarta, Melayutoday.com, – Book Launch berjudul ” DI Panjaitan Gugur dalam Seragam Kebesaran” merupakan buku biografi Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan ( DI Panjaitan).
Buku setebal 328 halaman tersebut dilaunching, Senin ( 9/6/2025) di Ballroom Hotel Four Session Gatot Subroto, Jakarta Selatan mengisahkan pengalaman DI Panjaitan sebagai Perwira TNI AD dalam tugas di dalam dan luar negeri selama sebelum dia menjadi korban pengkhianatan G30 S PKI.
“Dengan 100 tahun DI Panjaitan saya melihatnya sosok dia itu seorang teknokrat dan seorang Jenderal yang mempunyai wibawa serta dibalik sejarah Republik ini ternyata dia membawa suatu peran yang sangat besar. Saya bertanya tanya kenapa beliau itu dibunuh oleh PKI? Saya membaca sejarah beliau itu ternyata dialah yang mampu membawa negosiasi sehingga Irian Barat masuk ke Indonesia,” jelas San H S Panjaitan pada Melayutoday.com usai launching yang dihadiri Wapres ke 6 Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno.
Menurut saya, keberhasilan itulah yang menjadikan Irian Barat masuk kepangkuan Indonesia, dia punya kemampuan diplomasi . Beliau sosok yang unik dia tak mengandalkan fisik tapi otaknya yang bagus dan menguasai beberapa bahasa asing, karena kalau orang sudah memahami bahasa pada zaman itu yang tidak semua orang punya daya ingat yang kuat apalagi di era orde lama. Dengan kemampuan dan keberhasilannya banyak yang tidak suka dengannya.
“Dengan peluncuran buku 100 tahun mengenang DI Panjaitan ini semakin memperkuat peran beliau, pada tahun 1997 peluncuran buku pertama dan pada 2025 disempurnakan lagi, makin memperjelas peran beliau bagaimana dia bisa memerankan sejarah dan perubahan sejarah. Bagi kami generasi muda bahwa dengan kemampuan otak ( pemikiran) bisa menaklukkan sesuatu yang diluar kemampuan kita. Apalagi saat ini era generasi AI diperlukan ada seorang yang mengerti dan berwibawa,” tambah mantan Direksi di BUMN era Presiden SBY ini.
Dia menambahkan, perlu ada perubahan suatu konsep pendekatan dalam memahami sejarah bagi anak2 muda, bukan lagi berbicara masa lalu apalagi kita sudah masuk generasi milenial gen Z bahkan gen Alfa sehingga cara menyampaikan sejarah itu perlu mengikuti alur berpikir kewibawaan bagaimana intelegensia berbicara.
“Artinya, mainstone DI Panjaitan 100 tahun itu setelah kota pahami , ternyata dia itu inisistor kemerdekaan Papua, itu yang tidak disukai olehPKI dan bagi PKI seolah2 DI Panjaitan itu antek Barat,” tutur San H Panjaitan.
Karena waktu itu, sambung San, Rusia atau Soviet yang menguasai atau China mau masuk ke Indonesia dan sejarah ini masih cukup relevan untuk saat ini.
” Generasi muda sekarang diperlukan pemikiran2 dan mengambil contoh dari sosok DI Panjaitan bagaimana kecerdasannya, pengerahuan2 cara negoisasi, cara berbicara, penguasaan bahasa inggris yang baik dll,” tambahnya.
Apalagi di era AI saat ini. Ketika ditanya terkait sejarah yang kerap disembunyikan dan tergantung rezim yang berkuasa? Ia menjawab, sebenarnya Yang perlu dilakukan oleh pemerintah kita sekarang adalah bagaimana menfollowup kembali sejarah di era teknologi sekarang, ada namanya AI ( Artifisial Intelligent) supaya orang mengerti sejarah yang benar.
“Jadi nilai- nilai sejarah kepahlawanan tersebut pendekatannya lewat pendidikan termasuk pesan- pesan sejarah tentang G30S/ PKI harus disampaikan secara baik dan akurat, pada masyarakat khususnya pada generasi muda.
“Karena Lewat kemajuan teknologi informasi, kebenaran sejarah akan mudah dan cepat dilacak, sulit hilang dan lebih objektif,” pungkasnya. ( Harun).