Mewaspadai Kekuasaan yang Terindikasi Fasis dan Komunis
Jakarta, Melayutoday.com,- Kebebasan berpikir dan berpendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan habis jika situasi ini dilanjutkan. Maka perubahan adalah suatu keniscayaan istilahnya (change and continuity), perubahan dan keberlanjutan dalam arti yang tidak sesuai kita harus rubah total dan yang baik kita lanjutkan. Jangan dirubah lalu dihentikan.
Hal ini diungkapkan Marsekal Pertama TNI ( Purn.) Muhammad Johansyah usai menghadiri Deklatasi Keluarga Besar NU Dukung Paslon 1 Anies Baswedan- Muhaimin Iskandar ( AMIN ), Ahad (7/1/2024) di hotel Acasia, Kramat Raya Jakarta Pusat.
Pernyataan Muhammad Johansyah merespon pidato Cawapres no 1 A. Muhaimin Iskandar yang mengungkapkan jika pasangan AMIN berkuasa akan memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua serta kesejahteraan sehingga kesenjangan tidak terlalu besar.
Dalam hal ini, M. Johansyah menyetujui adanya perubahan yang dijanjikan AMIN. ” AMIN memberikan janji maka saya dukung karena AMIN memberikan janji perubahan. Sebagai catatan disparitas ( kesenjangan) seperti disampaikan Gus Imin tadi melebar ” kata Johansyah pada Melayutoday.com.
Sekarang ini kita tidak punya kekuatan secara ekonomi untuk membiayai hidup kita, maka harus ada perubahan, lapangan kerja harus diciptakan, kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan.
“Menurut saya tugas negara itu hanya dua yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa misalkan anak kita belum mendapatkan sekolah dengan baik berarti negara belum menjamin pendidikan. Lalu mensejahterakan masyarakat, misalkan kita belum sejahtera, maka kita harus ada perubahan,” tambahnya.
“Tapi jika rezim ini yang terindikasi kombinasi rezim fasis dan komunis berkuasa, maka kedua tugas negara diatas sulit terwujud,” tegasnya.
Ada Perbedaan rezim fasisme dan komunisme. Fasisme itu militeristek dengan jalan kekerasan yang bisa dilakukan oleh rezim yang berlatarbelakang sipil maupun militer. Meskipun sipil tapi bila kelakuannya militer itu militeristik atau fasis dimana menggunakan kekerasan. Tapi kita tidak anti militer. Tapi fasis menggunakan kekerasan untuk rakyat, itu yang harus dicegah.
“Jika rezim fasis itu berkuasa maka dia menggunakan cara2 militeristik untuk menekan masyarakat. Sedangkan komunisme itu anti demokrasi. Jadi jika dua aliran ini bergambung pada suatu rezim, maka tezim itu pasti otoriter. Nampaknya rezim kita saat ini ada indikasi mengarah kesana. Kekuatan politik yang akan meneruskan Rezim tersebut sangat menghawatirkan. Maka rakyat dari semua komponen harus mengawal perubahan pada momentum 2024,” pungkasnya. ( harun).