Menko PMK Prof.Dr. Muhadjir Effendy M.AP Bercerita Jasmerah, Trisakti Bung Karno dan Mosi Integral Natsir
Jakarta, Melayutoday.com,- Sarasehan Revitalisasi Trisakti selama tiga hari ditutup secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( PMK), Prof. Dr. Muhadjir Effendy M.AP, Rabu ( 5/7/2023).
Dalam sambutan penutup Muhadjir Effendy banyak bercerita terkait tokoh bangsa dalam lembaran sejarah yang ditulis dengan tinta emas.
Menurut Muhadjir, Vivere Pericoloso itu judul Pidato Bung Karno 17 Agustus 1964 yang artinya tahun hidup dalam bahaya. BUNG KARNO sepertinya punya firasat bahwa pada tahun itu adalah tahun penuh bahaya 1964- 1965 jelang pemberontakan PKI. Secara teori Hermeneutika setiap pernyataan dalam teks itu pasti menggambarkan realita waktu itu. Vivere Pericoloso itu menggambarkan bagaimana suasana kegundahan dari seorang Bung Karno, kemudian kenapa lahir istilah atau konsep Trisakti yang digagas oleh Bung Karno.
“Waktu itu dunia terbagi dua blok besar Amerika Serikat dan Uni Soviet dan Indonesia tidak boleh dijadikan hegemoni kedua blok besar tersebut. Maka kedaulatan dalam bidang politik yang terkenal dengan Trisakti itu diarahkan kepada dua blok itu. Ini adalah bagian dari sejarah. Apa anak anak milenial sudah baca sejarah ini atau juga menteri menteri kita pada baca buku sejarah tidak? Tanya mantan Rektor UMM ini, “Jika tidak, maka pengambilan keputusan kebijakannya pasti a- historis. Kalau a- historis maka bagaimana Bapak dan Ibu memahami tujuan dari kemerdekaan itu,” tanya Muhadjir lagi.
Terkait era digital saat ini, Muhadjir mengatakan, Kita tidak mungkin bisa membendung ombak badai kemajuan teknologi informasi ini tapi kita bisa takkukkan dengan layar kita untuk mengarahkan ke tujuan.
“Masalahnya kita sudah punya layar tidak. Ini perumpamaan saja,” tanya Pak Menteri sembari bercanda.
Makanya, tambah Muhadjir, Bung Karno itu betul punya slogan JASMERAH artinya Jangan sekali kali melupakan Sejarah. Saya juga menemukan dalam sejarah tentang Mosi Integral Natsir.
“Menurut saya Mosi Integral Natsir ini merupakan kunci yang membuat kita kembali Ke NKRI. Akibatnya, bukan hanya negara republik saja yang bersatu mendukung keputusan Mosi tersebut tapi negara- negara Serikat juga mendukung di parlemen. Jadi pada saat yang sangat kritis bangsa Indonesia ini muncul rasa kebangsaannya kemudian menanggalkan semua kepentingan- kepentingannya yang semula sangat egoisentris itu kemudian menyatu demi persatuan bangsa,” jelas Menko Bidang PMK ini.
Meski Mosi Integral Natsir ini didalam sejarah tidak pernah muncul menjadi sebuah peristiwa yang fenomenal. Namun sebetulnya sejarah ini adalah titik balik ketika Indonesia mulai tercabik- cabik oleh campur tangan Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Namun pada saat itu juga Bung Karno menunjuk M. Natsir sebagai Perdana Menteri.
“Yang paling berat bagi kita bagaimana kita memberikan informasi pada kalangan anak- anak melenial tanpa tendensi dan keberpihakan, tapi berikan informasi data se-objektif mungkin. Dan Biarkan mereka mencerna, sebab siapapun yang tampil jadi gurunya kalau kurikulum dari Pemerintah tidak mungkin memberikan perluasan bagi anak didik mencerna sejarah apa adanya. Semuanya mengklaim apa adanya. Padahal ada apa apanya. Ini suatu tantangan kedepan yang perlu kita atasi,” pungkas Mantan Mendikbud ini. ( Harun).