Connect with us


Opini

Menguak Pragmatisme Puak Melayu

Pragmatisme Puak Melayu

Oleh Masud HMN*)

Saat orang membicarakan pragmatisme sebagai paham pada suku Melayu ternyata sama dengan suku suku lainya di Indonesia. Sumber nya sama datang dari penggagas yang tidak beda. Cuma masing- masing itu menerapkan pelaksanaan yang berbeda.

Seperti pada orang suku Jawa disebut pragmatis orang Jawa. Maksudnya bagaimna suku atau orang Jawa memaknakan Maciavelii sebagai konsep berpolitik. Paham Machieavelii sudah berbaur, yang dinamakan Machievelii Jawa.

Dalam buku The Prince yang ditulis Machieavalii menekankan bahwa konsep paragmatisme sekurangnya ada 3 (tiga) variable didalamnya yaitu: Pertama, variabel moral leadership idea praktik. Yang cenderung mengeyampingkan unsur moral etik.

Kedua , variabel kebangkitan (reiniasance) figur dalam perkembangan manusia yang maju. Berilmu dan berlogika. Tata kelola yang baik.

Ketiga, variabel kemampuan melawan secara pribadi dalam memotivasi diri. Disiplin dan tersuruktur dalam pengelolaaan,(en. M. wikipedia).

Sukidi selaku intelektual muda Islam menulis dalam media Tempo beberapa waktu lalu dengan judul: ” Machievaly orang Jawa” menyatakan bahwa kultur Jawa berbaur dengan paham tersebut. Bagi Sukidi dalam konsep Mahievalii terkandung gagasan yang pragmatis. Yang pada hakikatnya adalah terdapat pada setiap kultur.

Jelas Sukidi. Nama aslinya Nicole Maacivelii (1469-1527 ), philosopy Italia yang meninggal dalam usia 58 tahuan. Selain author (penulis) dengan gagasannya, ia disebut juga amat terpengaruh oleh Aristoteles. Nampaknya yang paling mengemuka konsepnya adalah realita dan moral politik. Karena banyak yang merujuk pada terorinya seperti tentang pragmatisme.

Tetapi menjadi masaalah teori pragmatisnya itu tanpa mempertimbangkan moral Politik yang menghalalkan sikap politik aportunist, pragmatiskan cara untuk mencapai tujuan. Sehingga berkhianat, manipulated dan curang tidak masuk pertimbangan. Yang penting tercapai maksud dan tajuan.


Apa yang menjadi inti dari gagasannya adalah mencapai tujuan. Strateginya menggunakan segala cara dan menghalalkan segala cara. Ini terdapat dalam bukunya “The Prince” yang terdiri dari banyak bab
permasalahan, Untuk para intelektual ini penting ditelaah dan di tinjau kembali. Jika terdapat banyak kelemahan teori itu kita harus kritisi dan kita sempurnakan, mari kita sempurnakan sebagaimana mestinya, karena aportunist yang negative itu adalah disimbolkan teori Machiavelii yang sangat berbahaya bagi demokrasi.

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universias Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Opini