Literasi Klasik Menggapai Masa Depan
Oleh Masud HMN*)
Sesat diujung jalan kembali kepangkal jalan. ungkapan demikian muncul dari zaman lalu. Kata bijak nenek moyang kita dalam mengahadapi kemelut zaman.
Belajar dari sejarah. Kapan itu literasi (konsep) memuat kebijaksanaan dan mencari hikmah yang perlu digali. Tidak hanya terpaku kepada teori modern. Sebab literasi masa lalu itu ada juga yang mengandung hikmah dan kebjaksanaan.
Itulah agaknya yang dipakai oleh Dato Seri Rais Yatim dalam mengangkat kisah Cindur Mato.
Mantan ketua Dewan Rakyat Malaysia dan pensiunan dari Menteri Informasi itu menulis cerita itu dengan gaya cukup menarik. Biar cerita
itu masa lalu namun karena ditulis dengan bagus akhirnya menjadi literasi modern.
Menariknya, adalah istilah modern yang dipakai menjadikan cerita itu actual penuh kekinian ( up to date). Bahasa mengandung makna yang lazim di masa sekarang dan mudah dimengerti. Agaknya disana pula letak kekuatan buku itu.
Kita mengetahui, Cindur mato adalah tokoh dalam kaba klasik ditanah Minang. Persisnya
di Banu Hampu wilayah Sumatera Barat. Kisah itu dengan tokoh lain Dang Tuanku. Masa itu adalah awal abad 20 Tersebutkah Bundo Kanduang yang menggambar kan sosok wanita bijaksana menjelmakan adat Minangkabau lestari sejak zaman sejarah Minangatamwan.
Posisi tokoh lain adalah Dang Tuanku Bangsawan dan Cindur Mato sebagai Hulu Balang Raja atau pangawal raja, Kedua orang itu adalah bijak pada posisi masing- masing Bekerja secara kooperatif Mato untuk kerajaan.
Dang Tuanku dan Cindua Mato. Kaba atau cerita Cindua Mato dmasukkan sebagai epos (buku cerita pahlawan). Dalam epos itulah karya Dato Seri Rais Yatim ini kita pandang penting’ Teladan msa sekarang guna mencari terbaik dari yang sudah sudah. Mengambi contoh pada yang sudah dan ambil tuah ke yang sudah menanga.
Essan pepatah lama pada kita. Kita mengutip kata pejuang tak pernah mati. Hanya bertukar medan aktivitas. Dato seri Rais Yatim dulu berkarya di birokrasi dan lembaga Negara Malaysia, kini dibidang kebudayaan.
Itu kata Mc Athur seorang pensiunan militer Amerika dimuka sidang Kongres Amerika. Dari pencapaiannya dibidang militer ia telah memperoleh bintang empat dipuncak karir mendapat Jenderal berbintang empat,
lalu pensiun. Berkarya dibidang sipil politik Amerika.
Kita berpandangan Dato Seri Rais Yatim tidak pernah berhenti berkarya terus. Dulu bidang pemerntahan dan demokrasi kini dalam bidang budaya dan seni. Salah satunya Cerita kisah kepahlawanan ditanah Minang.
–Doktor Masud HMN Dosen Univ. Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta