Jakarta, Melayutoday.com,- Momentum acara silaturrahim dan halal bihalal 1445 H Majelis Pimpinan Nasional ( MPN) Pemuda Pancasila ( PP) yang berlangsung pada Minggu (21/4/2024) malam di Kantor Sekretariat Jl. Teuku Cik Ditiro, Menteng , Jakarta Pusat bukan sekadar acara rutinitas biasa.
Tapi mengandung makna konsolidasi dan rekonsiliasi antara pengurus yang ada. Apalagi banyak pengurus PP yang tersebar di berbagai partai politik, dunia usaha, serta profesi – profesi lainnya dari tingkat pusat hingga ke daerah. Menegaskan kembali bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi independent.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila H. Arif Rahman, SH, tokoh- tokoh PP tersebar di berbagai partai politik dan ada semua paslon capres 2024 seperti: Bambang Soesatyo ( Partai Golkar menjadi TKN Prabowo- Gibran), Arsyad Rasyid (PDIP dan TPN Ganjar- Mahfud) dan Ahmad Ali ( Nasdem dan Timnas AMIN).
” Ini menunjukkan bahwa PP merupakan ormas pemuda yang independen. Sehingga nanti terkait keputusan MK tentang siapapun Presiden terpilih hasil pilpres 2024 kita harus dukung. Namun kita harus kritisi apabila Presiden terpilih nanti menyimpang dari konstitusi dan tidak menepati janji- janjinya untuk mensejahterakan rakyat,” tegas Arif Rahman.
Menurut Arif, peranan politik Pemuda Pancasila semakin tahun semakin menggembirakan karena pada pemilu 2024 ini ada 48 orang masuk jadi anggota DPR RI dan 18 orang duduk di DPD RI.
Ditempat yang sama Ari Chandra Kurniawan selaku Sekjen Badan Pengusaha Pemuda Pancasila mengungkapkan bahwa selain di dunia politik peranan tokoh PP juga ada yang dibidang bisnis. Misalnya, Kita punya Ketua Kadin ( Kamar Dagang dan Industri) sehingga siapapun nanti yang akan memimpin bangsa ini, kebijakan2 dunia usaha dan bisnis tetap akan berada dibawah payung Kadin, kita akan terus berkolaborasi dengan pemimpin baru terpilih nanti.
Menurut Ari Chandra Kurniawan, Dari dulu sifatnya PP selalu membersamai siapapun pemerintahnya. Meski awalnya kita tidak satu pilihan, namun ketika sudah terpilih kita harus mendukung, karena PP itu penjaga idiologi dan penjaga bangsa ini.
“Di momentum lebaran ini merupakan momentum dimana selesai konsolidasi ini tidak ada lagi hal gesekan2. Apapun nanti keputusan MK besok, sehingga ketika kita sudah rapi secara internal, tidak ada lagi alasan ribut diluar terkait keputusan MK,” ungkap Ketua Umum Partai Pelita ini.
Peranan Diluar Pemuda Pancasila
Kalau menurut pendapat saya dalam kapasitas di luar PP, jika nanti adanya ketidak puasan dari sebagian pihak terhadap keputusan MK itu sudah merupakan konsekuensi dari demokrasi, biarkan saja. Karena itu dijamin oleh undang2, misalnya unjuk rasa dll. Namun yang perlu kita jaga adalah ketika tokoh2 diatas sudah mencairkan suasana dan sudah merajut dengan momentum silaturrahim idul fitri harusnya juga bisa disosialisasikan ke tingkat bawah. Sehingga ketika ada perbedaan, hanya berada di ruang politik saja jangan di ruang sosial, karena di ruang sosial ini sulit untuk dirajut kembali.
“Diluar pandangan sebagai pengurus PP, Terkait sidang MK, Kami juga ikut mengawal aksi2 di KPU, MK, dan hak angket karena kami ingin mengawal proses demokrasi ini tapi kami tetap menghormati senior2 yang berbeda pilihan, senior2 kami yang berada di pilihan2 yang lain. Ijinkan kami menempuh pilihan sesuai konstitusional untuk menjaga demokrasi agar tetap normal.
Apa pesan untuk milenial menghadapi bangsa ini ke depan? Ari Chandra Kurniawan berpendapat, Kalau melihat fenomena pemilu 2024 kemarin Jujur secara pribadi ya sangat mengecewakan, karena meski tingkat partisipasi pemuda itu memang cukup tinggi tapi tidak signifikan peranannya. Mereka hanya sibuk main di permukaan, menari2 di tabuhan genderang orang lain, tidak menyentuh substansi demokrasi sendiri. Membikin narasi dangkal tapi ketika disulut berupa sembako, ada BLT dan amplop2 yang isinya cukup besar mereka ambil bagian.
“Mungkin saat ini isinya ada yang Rp. 1 juta. Maka pada pemilu 2029 bisa dibayangkan akan bisa dilipat gandakan lagi. Maka cerminan apakah kita berhasil melaksanakan demokrasi pilpres kemarin, itu nanti kita lihat di Pilkada serentak pada Nopember 2024 yang akan datang. Oh ternyata mereka mau, sangat banjir terhadap serangan2 fajar itu sudah sangat nyata, ini gejala yang sangat memprihatinkan, mereka sudah test case bahwa di Pilkada berhasil. Ini sangat berbahaya dan harus dicegah. Memang dalam hal ini harus ada anak2 muda yang terpanggil mencegah gejala ini jangan ikut arus jika ingin menjalankan negara dengan baik.
“Sebab kalau masih ikut arus janganlah kita ngomongin generasi emas 2045, tapi generasi cemas, bukan generasi emas. Itu generasi instan (mencari jalan pintas) bukan generasi intan ( mencari jalan yang pantas ) kemudian kita menjalankan demokrasi bernegara secara pantas,” pungkas Ari pada awak media. ( harun).