Ilmu dan Kebijaksanaan
Oleh Masud HMN*)
Amat mengejutkan apa yang dikatakan oleh Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (MENKO POLHUKAM) yang menegaskan: koruptor ternyata 87 persen adalah berlatar belakang pendidikan Strata (S2). Artinya mereka orang terdidik. Koruptor itu mereka berilmu dan terdidik.
Gejala yang dilansir Menteri Koordinator Polhukam Mahfud MD ini amat kontradiktif atau berlawanan dengan doktrin pendidikan sewaktu saya masih kecil dulu yang diajarkan kepada anak- anak sebaya saya di sekolah agar ber ilmu. Maka dengan ilmu itu kelak bila sudah besar punya kemampuan menghadapi kehidupan. Masa depan. Waktu yang akan datang dari kehidupan yang akan terus berubah.
Oleh karenanya, kita memerlukan ilmu atau pengetahuan baru yang oleh Charles Sandes Piere terkait dengan itu dikatakanya adalah untuk menjadikan kejernihan apa yang kita inginkan.
Dalam bukunya yang berjudul How to Make Clear Our Idea (membuat jelas ide pemikiran). Sarjana asal dari Amerika itu hidup dalam abad 19 atau tahun l849- l914. Dalam konteks ini menyokong juga Charles Sandes Piere memerlukan idea harus clear dan teratur Tujuannya, pemikirannya juga harus jelas, Demikian Charles Piere (Majalah Suara Muhammadiyah, 4 April 2021).
Maka dalam hubungan ini muncullah ungkapan untuk siapa yang yang mau eksis di hari depan harus berilmu. Sebaliknya yang tak punya ilmu tidak punya hari depan. Maksudnya, mendorong belajar .mendapatkan ilmu. Tidak boleh abai untuk mencari ilmu.
Topik artikel ini ilmu dan kebijaksanaan hendak coba menjawab fungsi ilmu dan kebijaksanaan dalam hidup. Rasanya menjadi sangat relevan. Karena Orang berIlmu perlu didampingi dengan sikap kebijaksanaan dan taqwa, agar ilmu itu bermamfaat, seperti apa yang kita harapkan.
Kalau kita hubungkan dengan Abu Bakar Sahabat utama Nabi Muhmmad SAW ungkapan Kecerdasan yang paling cerdas ialah taqwa, sementara kebodohan yang paling bodoh adalah kemaksiatan. Kejujuran yang paling jujur adalah amanah dan kekuasan yang paling dicela adalah khianat.
Pada intinya, kecerdasan yang paling cerdas itu adalah taqwa bukan pintar ilmu saja. Mereka yang terlibat koruptor yang disebut diatas, adalah berilmlu pintar. Tapi tidak taqwa.
Ungkapan Abu Bakar Shiddiq ini termasuk juga menyebutkan, orang paling bodoh, paling tidak jujur dan penguasa yang khianat’ Itu semua
adalah tercela. Ini adalah kehati hatian yang harus diingat. Selain perlunya orang yang berilmu dan pintar. Demikian Abu Bakar menyampaikan petuahnya.
Kembali pada ilmu dan kebijaksanaan itu sudah ada potensi kita semua. Untuk berilmu dan untuk bijaksana. Hanya bidangnya yang berlainan,Yaitu Ilmu konsentrasinya adalah akal. Sementara kebijaksanaan ialah bertegger pada hati atau qalbu. Sehingga diistilahkan bersatu dan kompaknya antara akal dan qalbu. Jangan sampai terpecah antara akal dan qalbu. Seyogyanya
jangan sampai pecah kongsi antara akal dan qalbu itu. Kenapa? Karena itulah antara ilmu dan kebijaksanaan jangan sampai berantakan.’ Kita semua berupaya kearah itu; Dua duanya bisa berfungsi.
Jakarta 21 Juni 2023
*)Masud HMN adalah Dosen Pascasarjana
Universitas Muhmmadiyah Prof Dr Hamka
(UHAMKA) Jakarta.