Jakarta Melayutoday.com,- Salah seorang Pembicara pada Diskusi Politik bertajuk: Menyelamatkan Demokrasi dari Cengkraman Oligarki dan Dinasti Pitik” , Prof. Ikrar Nusa Bakti menegaskan rasa sedihnya bagaimana kita memiliki sumber daya manusia yang melalui bonus demografi itu dengan SDM yang benar2 cakap.
Namun, kata Ikrar, saya lebih sedih lagi karena anak2 muda kita lulusan universitas ternyata memiliki literasi politik rendah sekali. Mereka mengatakan bahwa dalam politik itu hal yang wajar. Misalnya, kita seolah2 yang tidak memilih Gibran sebagai Cawapres dikatakan tidak pro dengan anak muda.
“Konsep itulah yang dibrandwash seakan2 saya anti anak muda. Padahal saya selalu mengkampanyekan setiap berkunjung ke Universitas2 saya pesan kepada anak anak muda dan mahasiswa kalau anda mau jadi politisi masuklah dan aktiflah dulu menjadi anggota BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa) karena struktur organisasi BEM itu mirip Pemerintahan, ada Presiden, wakil Presiden, ada menteri dan wakil menteri. Masuklah mengikuti aktivitas di kampus baik di Mapala maupun kebudayaan dll,” ujar peneliti Di LIPI ini.
“Belajarlah berorganisasi. Ini yang saya beri pelajaran kepada mereka. Contohnya Paul Keting itu menjadi Menteri Australia pada usia 38 tahun, tapi pada usia 19 tahun dia sudah masuk menjadi anggota partai buruh, baru pada usia 25 tahun dia menjadi anggota parlemen dari partai buruh Australia. Pada usia 83 tahun yakni Selama 38 tahun dia baru jadi menteri keuangan Australia. Ini yang disebut proses,” sambung Ikrar.
Dia tegaskan lagi, Bukan anak muda yang baru masuk partai hari ini dua hari kemudian menjadi Ketua Umum. Atau hari ini masuk anggota ormas pemuda dua hari kemudian menjadi calon wakil Presiden. Bagaimana itu sistem saya katakan pada teman2 di golkar kalian berpuluh2 tahun ada di Golkar kenapa yang jadi cawapres di luar golkar.
” Ini bahayanya jika kita terus berkutat dengan persoalan sistem demokrasi dan politik dan sistem pemilu secara keseluruhan. Sistem politik dan pemilu kita. Kapan kita akan bisa memikirkan nasib ekonomi kita supaya kuat dan bisa menjadi midle income,” pungkas Ikrar. ( Harun).