Connect with us


Ekonomi

Heber Simbolon: Berharap Pemerintah Fasilitasi Titik Temu Buruh dan Pengusaha

Heber Simbolon: Berharap Pemerintah Fasilitasi Titik Temu Buruh dan Pengusaha

Jakarta, Melayutoday.com,- Dalam event Talkshow yang digelar oleh Fodim ( Forum Diskusi Muda) yang bertempat di Amar Dining kawasan Kemang Raya No 45 Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024) mengambil tajuk ” ‘Evolusi Hak Pekerja di Era Digitalisasi dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Omnibus Law” dengan salah satu Narasumber Heber Simbolon, Wakil Ketua Umum Kadin Jakarta sekaligus Ketua Dewan Pengupahan Propinsi Jakarta.

Menurut Heber, Ada Korelasi antara Indonesia emas yang ingin dicapai pada 2045 dengan peringatan hari buruh Internasional 1 Mei. “Indonesia emas itu akan diisi oleh kaum muda milenial. Mereka kaum muda dan kaum buruh cenderung sama2 mempunyai semangat muda dan tenaga muda. Oleh sebab itu event hari buruh yang kemarin kita peringati kami berharap kita tetap mengobarkan semangat demi meraih cita-cita yang lebih baik demi mencapai Indonesia emas, “ujarnya.

Lebih lanjut Heber mengatakan  Percayalah, tetap bergerak karena kesejahteraan itu adalah tidak akan diberikan orang lain termasuk bosmu, pimpinanmu, atau siapapun dia tidak akan memberikan kesejahteraan. Bagimu kesejahteraan itu kau raih, jadi itu bisa kita dapatkan kalau kita penuh semangat, penuh intelektual, penuh skill dan penuh aktif kerja.

Heber Simbolon Saat Jadi Nara Sumber pada Talk Show FODIM ( No. 2 dari Kiri, Baju Putih)

Terkait undang2 omnibus law cipta kerja yang hingga kini masih kontroversi, Heber tak menutup mata atas adanya kelemahan dalam undang2 tersebut. Namun dia menginginkan ada titik temu antara kepentingan pengusaha dan buruh yang difasilitasi oleh Pemerintah.

“Tentu sebagai pengusaha tidak ada niat untuk merugikan pihak siapapun dan kami melihatnya saat ini itu sikap yang terbaik, tapi kalau misalnya dari kacamata teman pekerja itu masih kurang memuaskan itu memang ada yang tidak memuaskan, karena antara sudut pandang pengusaha dan sudut pandang pekerja selalu bertolak belakang yang satu ini buruhnya dibayar lebih murah sedang yang satunya ingin buruhnya mendapat upah yang lebih banyak, diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda sehingga harus ada titik temu.”

” Kami berharap pemerintah bisa memfasilitasi hal ini jangan biarkan antara pengusaha dan buruh bergerak sendiri sendiri, karena itu akan keos, sehingga dalam hal ini perlu ada fasilitas untuk mempertemukan mereka untuk menghindari terjadinya keos ,” pungkas Heber Simbolon mengingatkan. ( Harun).

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Ekonomi