Beranda » Pendidikan » Dibawah Cengkraman Malas
Selasa, 29 November 2022 - 21:36:05 WIB
Dibawah Cengkraman Malas
Diposting oleh :
Harun AR
Kategori:
Pendidikan
- Dibaca:
107 kali

Cengkraman Malas
Oleh Masud HMN*)
Memberi jawaban atas kesimpulan Cengkeraman malas pada seseorang pada topic ini penting adanya. Betapa negative-nya sikap malas itu jika mencengkerami kita sebagai bangsa yang notabene puak Melayu. Bisa menjadi hambatan dan tidak akan bisa maju. Memang ada ungkapan untuk orang Melayu yaitu: malas, letih dan tidak teliti. Ketiga bentuk negatif untuk maju. Kalaumalas, letih dan tidak tetliti bergabung jadi satu, maka
kesimpulannya: orang Melayu menjadi mundur
terbelakang. Benarkah demikian ?
Jawaban dari pertanyaan diatas, mungkin sebagian saja benar dan tidak sepenuhnya benar teori itu. Alasannya,
orang atau masyarkat Melayu adalah masyarakat dispora atau perantau, Mana mungkin orang Melayu itu pemalas. Karena merantau itu modalnya hanya tulang delapan kerat saja; tidak bermodal, kalau tidak gesit dan rajin akan sengsara Seperti dikatakan dalam tulisan Rosihan
Anwar alm. yang mengistilahkan orang Melayu itu termasuk tujuh suku dunia yang menyandang predikat dispora. Antara lain suku Cina, Amerika dan lain lain. Termasuk Israel, Indonesia, India, dan Vietnam. Mereka itu tergolongsuku perkasa. Demikian Rosihan Anwar, seorang pengamat dan penulis terkenal. Ungkapan malas, letih dan tidak teliti itu lawan dari kata berkemajuan.Sebab kata kata itu negative, untuk maju. Maju itu maknanya positif dan berkelanjutan. Kata
itu hanya terdapat pada orang perantau. Gesit dan perkasa, Buktinya orang atau suku Melayu sampai ke
Afrika dan beranak keturunan disana. Tidak ditemukan ada orang Melayu yang malas disana. Bahkan mereka menjadi pendorong maju masyarakat disana. Alhasil cengkraman malas bukan sikap suku atau orang Melayu secara umum. Walaupun terdapat malas namun itu bukan sikap dasar orang Melayu tapi pengecualian bagi banyak suku di dunia. Maksudnya cengkraman malas
orang Melayu itu sebagian kecil masyarakat.
Dalam perspektif berkemajuan ungkapan atau sikap malas itu adalah hambatan. Sebuah Negara akan maju bila sikap negative itu dieliminir. Meski tidak bisa dihilangkan semuanya.
Penulis selalu membandingkan Indonesia dan Singapura dalam bidang ekonomi yang berbeda ekonominya. Singapura maju, metode Indonesia tidak maju, apa yang berbeda, Yang jelas Negara Singapura itu lebih rajin
masyarakatnya daripada Indonesia. Salah satu yang positif untuk maju adalah rajin dan teliti. Disamping system atau metode yang efisien.
Demikianlah untuk Indonesia berkemajuan Oleh karena itu dalam rangka Indonesia emas ditahun keseratus yaitu 2045 yang akan datang. marilah kita mengeliminir sikap
yang menghambat kemajuan. Menggantinya dengan yang positif untuk maju, yaitu rajin, teliti dan bersatu.
Tahun Indonesia emas yaitu masyarakat yang adil dan makmur dibawah lindungan Allah yang Maha Kuasa. Baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Insya Allah !
Jakarta 28 Nopember 2022
*) Masud HMN adalah Dosen Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka
(UHAMKA) Jakarta
BERITA TERKAIT