Beranda » PROFIL » HUT ke 64 Propinsi Riau: Riau Kini Terus Maju
Sabtu, 31 Juli 2021 - 22:26:49 WIB
HUT ke 64 Propinsi Riau: Riau Kini Terus Maju
Diposting oleh :
MelayuToday.com
Kategori:
PROFIL
- Dibaca:
509 kali

HUT ke 64 Provinsi Riau, Riau kini Terus Maju
Oleh Dr Masud HMN*)
Bumi bertuah sebagai nama lain dari Provinsi Riau dengan bumi lancang kuning literasi symbol Riau, yang kini menapak usia ke 64 tahun. perlu kita rayakan. Setidaknya bersyukur bahwa enam puluh empat tahun yang lalu ( 8 Agustus 1958-8 Agustus 2021) kita tak dapat membayangkan kemajuan seperti sekarang ini. Sesuatu yang luar biasa mengembirakan. Kepada Bapak Gubernur Syamsuar dan segenap jajaranya kita ucapkan selamat HUT ke 64 Provinsi Riau.
Wilayah bumi bertuah memuat makna pandangan ideologis teritory provinsi dimana masyrakatnya menerima keberagaman yang penuh dinamika. Dirajut dalam kemasan makna simbol lancang kuning hendak belayar kelaut dalam.
Posisi ditengah pulau Sumatera yang dahulunya dinisbahkan sebagai pulau perca atau Pulau kecil . Perca bermakna potongan kecil . Juga ada dikonversi dari nama potongan dari Sunda besar
Memang tidak semua ingat bahwa Provinsi Riau telah berada usia yang ibarat manusia sudah cukup dewasa . Atau dalam kata lain pada lintasan zaman enam puluh empat tahun yang dalam reliatasnya makin berkembang dan alhamdulillah menapak progress maju.
Provinsi Riau memasuki usia ke 64 sesuai dengan ditetapkan UU no. 61 tahun 1958 yang disejalankan terbentuk provinsi Jambi. Provinsi Riau sendiri waktu awalnya ibu kotanya Tanjung Pinang, yang kemudian pindah ke Pekanbaru.
Sebelumnya Riau ditetapkan jadi Provinsi oleh Dewan Banteng 14 Oktober 1957 dengan Gubernur Militer Mayor Syamsi Nurdin. Pelantikan dilakukan oleh Ketua Dewan banteng Letkol Ahmad Husen di halaman kantor Dewan harian Provinsi Riau, kini Korem 31 Wira Bima Pekanbaru.
Selanjutnya berdasarkan UU nomor 61 tahun 1958 tersebut diatas maka Hari lahir Provinsi Riau ditetapkan 9 agustus 1958. Sebuah keputusan resmi selanjutnya ditentukan berdasar Peraturan Daerah no 11 Tahun 1999.
Perkembangan kemudian Provinsi Riau di mekarkan menjadi dua , yakni provinsi Riau dengan ibu kotanya Pekanbaru dan Provinsi Kepulauan Riau dengan ibu kotanya Tanjung pinang hingga sekarang ini.
Setelah menempuh era waktu cukup panjang ada yang menarik kita kenang dari memori masa lampau. Kata bijak orang Melayu, kalau kamu merasakan manisnya air tebu, maka jangan lupakan petani yang menanam.
Adalah Makrifat Marjani anggota perlemen tertpilih pemilu 1955 dari Sumatera Tengah antara lain yang patut kita kenang. Pidatonya dalam arsip di Perlemen bisa menunjukkan bagaimana perjuangan untuk provinsi Riau dan Jambi tersebut . Dibawah modal dukungan kongres rakyat Riau tahun 1955 dengan tokoh masyrakat maka dilakukan tuntutaan untuk memisahkan diri dari Sumatera Tengah
Pemerintah Pusat Jakarta dan pemerintah Sumatera Tengah tidak berkenenan untuk melakukan pemisahann dari Sumatera Tengah. Yang disitu ada Sumatera Barat, Riau dan Jambi.Sebagai catatan daerah lain juga bergolak dalam hal yang bersamaan seperti Aceh dan Kalimantan barat.
Alasan keberatan utama adalah memecah belah keutuhan wilayah. Sementara pihak yang berjuang berdalih untuk kemajuan dan pembangunan daerah. Maka harus ada otonom yang memberi keleluasan mengembangkan daerah. “Jika harus berontak baru dipenuhi tuntutan maka rakyat Riau akan melakukan pemberontakan” pidato Makrifat Mardjani di DPR.
Hal itu dibenarkan oleh Mukhtar Husin seorang tokoh Tanjung Pinang Kepulauan Riau kepada penulis betemu beliau pada tahun l969. Ia mengenang seriusnya tokoh Riau dalam berjuang untuk mendapatkan Provinsi. Terwujudnya kesamaan persatuan tekad dan pandangan. “ Waktu itu kita sangat kompak,” ujarnya.
Sama halnya dengan penjelasan Radja Roesli (alm). anggota DPR RI 1999-2004 bahwa Provinsi Riau didukung oleh cita cita otonoom daerah. Ia menyebut peristiwa konflik PRRI dan Pusat Riau mendapatkan peluang." biduk lalu kiambang bertaut” kenangnya Riau versi Dewan Banteng tersebut. (Pelangi Kehidupan Biografi Radja Roesli.Perpustakaan Nasional 2005,hal 80)
Kekompakan itu di dukung oleh sederet nama tokoh lain yang mengagas Kongres pemuda Riau 17 Oktober 1956 di Pekanbaru.Kecuali itu ada Wan Ghalib (Ketua Badan Penghubung ) Persiapan Pembentukan Provinsi Riau, Zaini Kunin Abdullah Hasan, Ridwan Taher Ali Rasahan ,A Jalil, Nahar Effendi Azhar Husni T Arief ,DM Janur, Letkol Hasan Basri. Letkol Abdul Muis dan Letkol Maksum Sadjdy, Mayor Saidina Ali, dan banyak lagi
Riau pada kekinian ada 6,4 juta pemduduk dengan 15 Kabupaten dan Kota, dengan APBD 5.8 triliyun (2021) mungkin bisa dilihat urai lagi dalam persfektif ekonomi dan budaya.
Pertama, perlu dilihat penggalian sumber ekonominya. Bagaimana minyak bumi dan sawit memberi kontribusi pda APBD
Kedua,perlu pembangunan infra strukur, sarana jalan
Ketiga , bidang budaya perlu ditindak lanjuti pendidikan agama, Teknologi terapan yang tepat guna.
Dengan tiga perspektif ini Riau tidak hanya muncul dalam symbol Bumi bertuah, tetapi terealisasi dalam tata kehidupan Melayu yang berkemajuan . Maju dalam berpikir, bersatu dalam membangun, dan ikhlas untuk berkhidmat kepada daerah.
Ini tantangan yang harus dihadapi. Seperti ungkapan
Lancang Kuning Berlayar malam Sedang melaju kelaut dalam Kalau nakhoda tidaklah pandai bisa perahu jadi tenggelam.
Selamat Hut ke 64, pada Bapak Gubernur dan jajarannya semoga sukses dalam meneruskan capaian pembangunan selanjutnya. Aamiin.
Jakarta, 30 Juli 2021
*) Dr Masud HMN Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. Email masud.riau@gmail,Com
BERITA TERKAIT