Beranda » Opini » Opini: Egoisme Akar Kemelut Sejarah
Selasa, 27 Juli 2021 - 21:22:59 WIB
Opini: Egoisme Akar Kemelut Sejarah
Diposting oleh :
MelayuToday.com
Kategori:
Opini
- Dibaca:
472 kali
Egoisme Akar Kemelut Sejarah
Oleh Masud HMN*)
Sejarah sebagai dua sisi mata uang memunculkan pikiran pada nilai, kejujuran, objektif dan spirit. Sisi lain membawa arus ambisius, egoisme dan takhta. Ada paradoks antara nilai dan Egoisme . Itulah yang membawa kemelut dan anarkisme.
Fenomena anarkis ini membawa sejarah itu menjadi persoalan yang kelam gelap,beketerusan. Karena sumber cahaya nilai yang menjadi acuannya adalah nilai anarkis, dengan turunan seperti egosime, dengan kekayaan, kekuasaan yang zalim. Merusak kemanusiaan dan lingkungan.
Komparasi Sejarah ada dalam al Qur an yang menorehkan kisah nabi Musa tentang iman, kebaikan, dan kemaslahatan. Nilai yang dibawa oleh Nabi Musa itu memajukan peradaban, Namun dilecehkan oleh Firaun dengan berhala, taghutnya, kezaliman, dan sok kuasanya, lalu Firaun hancur.
Hal itu kemudian memunculkan kualitas kemanusiaan menurun. Nyaris tanpa harga. Itulah yang pada gilirannya menimpa umat Islam. Realitas Islam demikian digambarkan oleh suatu hadis Rasulullah saw, "Hampir-Hampir umah Hampi Hampir saja para umat ( kaum kafir) mengerumuni kalian dari berbagai jurusan seperti menghadapi hidangan makanan, Seorang sahabat bertanya mengapa demikian keadaannya ya Rasullulah ? Apakah karena jumlah umat Islam itu sedikit.? Rasullullah saw menjawab tidak . Jumlah kamu besar. Akan tetapi kalian seperti khaghuusai sail (buih dilaut ), Allah menghilangkan rasa takut dihati musuh kalian dan akan menimpakan dihati kalian penyakit wahn.Ada yang bertanya apa itu Wahn, Rasulullah saw menjawab Cinta dunia dan takut mati (HR Abu Daud , h.4927 dan Ahmad 5 : 278).
Fenomena yang terjadi yaitu satu masa umat islam kualitasnya dan kemampuannya menurun, tak berdaya disimbulkan dengan pilihan kata kaghusa saail saiil menjadi ibarat buih dilaut.
Tetapi telah terkena penyakit wahn. Sahabat bertanya lagi apa itu penyakit wahn ? Rasullulah menjawab Hubbun dunnya wa kahharaytul maut penyakit wahn adalah terlalu mencintai dunia dan takut pada kematian.
Kata buih dilaut kaghuuail sail bermakna kelihatan besar, dan banyak, Namun mengambang tanpa daya, tanpa kekuatan yang andal. Ya buih yang terombang ambing gelombang.
Hadis ini memberi anjuran kepada umat Islam bagaimana menjadi kuat tidak disepelekan oleh kalangan lain. Jumlah yang besar tanpa diiringi kualitas sama dengan buih dilautan. Keberadaannya sama dengan tidak adanya yang bisa diombang ambingkan, karena tak bermakna.
Bagi para pemerhati sejarah, dapat memahami dalam teori tri logi sejarah yaitu perumbuhan, perkembangan dan kehancuran. Ini dijelaskan oleh peran keberadaan satu umat dengan kualitasnya. Satu umat diawali dengan pertumbuhan, kemudian berkembang lalu kemudian jatuh.
Setiap episode dari trilogy itu ada besaran nilai yang dibawanya. Ketika besaran nilainya baik, maka akan terjadi pencerahan dan pada gilirannya muncul kejayaan Bila sebaliknya, maka timbul keruntuhan, Jadi umat tanpa kualitas seperti buih tersebut diatas adalah masa kehancuran.
Akhirnya kehancuran satu umat bersumber dari wahn dengan dominannya kandungan cinta dunia dan takut mati, Wahn itu membawa anarkis pemikiran yang terbentuk berupa egoism, lupa diri, cinta harta. Nampaknya anarkis dari Wahn ini masih terjadi hingga kini. Seperti dikatakan Ibnu Qayyim al Jauziyah (1292-1350) intelektual Islam abad 13 asal Syria Timur tengah.
"Orang yang mencintai berlebihan pada dunia siaplah menerima penderitaan. Karena akan menemukan, tiga hal dalam hidupnya Yaitu kekalutan pikiran, kepayahan, penyesalan tak berakhir.
Jakarta 27 Juli 2021
*) Dr Masud HMN adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. Email masud@Gmail.Com
BERITA TERKAIT