Beranda » Opini » Pejabat, Nilai dan Korupsi
Oleh DR Mas ud HMN*)
Pejabat,nilai dan korupsi sebagai variable kajian perbuatan melawan hokum menyelewengkan uang Negara agaknya masih harus dila kukan serius,Mengingat hal itu masih marak saja
Nilai atau kualitas pejabat sebagai variable korupsi adalah kenyataan yang tak terbantahkan Faktanya kian banyaknya pejabat yang OTT karena korupsi dan masih rendahnya kualitas pejabat. Nilai manusia dengan variable korupsi berbanding terbalik
Sehingga kesimpulannya kalau pejabat berkuaitas remdah maka jumlah koruptor akan tinggi, ini adalah kebalikan. Yaitu semakin tinggi jumlah terlibat korupsi dikonotasikan rendah kualitas pejabat.
Sebaliknya, semakin tinggi nilai pejabat semakin rendah koruptor pejabat. Kalau begitu pejabat tidak bermutu dan tidak berkulitas,
Alangkah buruknya negeri kita. Rasanya kita tidak terima kenyataan pejabat bernilai rendah, Karena punya keyakinan negeri ini adalah negeri orang baik. Warganya beriman dan punya kejujuran dan amanah. Kok begini ceritanya
Menurut Muladi (2017) ada formulasi dalam perspektif korupsi dimasa depan. Hukuman koruptor dan income hasil perbuatan korupsi menjadi base thingking bagi pelaksana korupsi. Korupsi yang diterapkan dalam hitungan logika matematik
Logika sistemik diatas selaras atau relevant. Sebab Korupsi sebagaimana juga kekuasaa otoriter selalu saja jalan bersama. Atau bahkan koruptor dengan penguasa melanggengkan model melakukan korupsi itu. Kadang kadang Penguasa ikut serta terlibat dalam pola Sistemik tersebut
Pola atau model ini bias kita asumsikan. Yaitu Basethingking atau dasar pemikiran koruptor, risko, hasil, Intinyakalau korupsi risiko masuk penjara.
Dua dasar ini diperimbangkan bahwa dengan kategori keuntungan kerugian atau mamfaat dan mudarat.
Argumen aplikasinya ini berasumsi besaran hasil 10 milyar dan risiko penjara 10 tahun, Rugikah ini,Jawabnya tidak rugi.Vonis 10 tahun realisasinya hanya 6 tahun karena ada remisi potongan hukuman.Uang 10 milyar akan terpakai perkara dan sebagainya total 4 m sisa 6m. Model sistemik dengan terukur, yaitu penguasa dengan unsure kolusi . risiko vonis riil yang harus diterima,
Sementara manfaat adalah total akhir yang diterima. Alhasil korupsi masih menguntungkan. Apatah lagi kalau bebas. Kalaupun terpenjara kelak masih bias tenang karena masyrakat mau menerima lantaran sisa uang korupsinya masih banyak
Akhir cerita adalah
Pertama, memang benar pejabat yang OTT kurang kualitas.Ini harus diperbaiki yaitu menjadikan pejabat kita dengan kualitas tinggi.
Kedua,dasar pemikiran yang dibangun dengan logika sistemik salah bahwa korupsi menguntungkan harus dikalahkan. Diganti dengan sangsi berat baik materiil maupun social
Diatas semua itu ada keharusan kita untuk membawa ajaran agama kepada semua pejabat, Dunia ini adalah tempat beramal Saleh, menjauhi perbuatan buruk. Dunia harus ditangani oleh mereka yang salih dan baik
Jakarta 25 November 2019