Connect with us


Opini

Artikel: MUDIK

M u d i k

Oleh: Taryono Asa*)

Dalam minggu-minggu ini kosa kata yang paling banyak diperbincangkan adalah Mudik. Kata mudik seolah identik dengan puasa ramadhan dan Idul Fitri.


Mudik asal katanya “Mudikkun” merupakan isim fail dari adakka yudikku yang artinya “orang yang menggaruk2”. Kenapa pulang kampung yang begitu disebut mudik, karena setelah dapat dua hari di kampung dan saat mau balik ke kota harus menggaruk kepala karena bekalnya habis.

Mudik itu butuh “Dana”. Kata “Dana” itu fiil madi دان yang artinya dekat. Maka dengan “Dana” yang jauh jadi dekat. Tapi bentuk masdarnya “Dana” adalah lafadz “Dainan” yang artinya “Utang”. Maka hati hati dg “Mudik” Jika dana habis, maka bisa berhutang, dan kalau gak bisa bayar, akan garuk garuk kepala dan nangis bombay

Kalau dilihat dari waktunya

Mudik artinya menengok keluarga dan tujuannya untuk. silaturahmi sebentar ke kampung halaman, setelah itu balik lagi ke tempat usaha. Dan dilakukan ketika hari raya keagamaan.

Beberapa waktu lalu ada seorang pejabat yang menyebut-nyebut pulang kampung sebagai padanan kata mudik.

Pulang kampung orang yang kembali ke tenpat asal setelah merantau ke suatu tempat. Baik yang sudah kaya raya (sukses), atau yang telah bangkrut (gagal) Bisa jadi mantan pejabat setelah bintangnya pudar (artis), setelah pensiun (PNS), setelah tak terpilih lagi (walikota/ gubernur/ presiden) maka pulanglah mereka ke kampung halamannya masing masing sambil merenungi dan menikmati sisa hidupnya sebelum mati dan dikuburkan di sana. ( dari berbagai sumber)
Penulis: Jurnalis Senior

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Opini